RSS Feed

Menilik Kreativitas Dipik Craft Solo

0

Senin, 13 Februari 2012 by

Berjalan-jalan di Kota Solo tidak lengkap rasanya jika belum membeli cinderamata khasnya. Banyak pengrajin yang menjual kerajinan tangan yang unik. Dipik Craft merupakan pilihan yang tepat untuk mencari kerajinan tangan yang berbeda.  Usaha milik Burhan Gatot ini memakai koran-koran bekas sebagai bahan baku kerajinan tangannya.


 

Dengan teknik kertas koran yang disobek, dilinting-linting, dianyam dan dicat pria berusia 39 tahun ini mampu menghasilkan benda-benda lucu dan unik dari kertas koran. Mulai dari boneka-boneka wayang, tatakan gelas. tas wanita, kotak tisu, lampu, piring buah hingga kursi pun berhasil dibuatnya. Usaha yang mulai digarap serius pada Maret 2007 ini  menghargai produk-produknya mulai Rp. 3.000,00 sampai Rp. 300.000,00 perbuah. Tergantung besar kecil dan kerumitan benda yang dipesan pelanggan. Produk-produk ini cukup kuat jika terpercik air, hanya saja jangan coba-coba merendamnya jika tak ingin terjadi kerusakan.
 Pria yang mengaku masih single ini, ide membangun  usaha yang berlokasi di Gambuhan RT 03 RW 02, Baluwarti, Solo ini awal mulanya hanya iseng ingin membuat sebuah kerajinan tangan dengan memanfaatkan limbah kertas koran, namun makin lama berkembang dan menjadi usaha yang cukup menjanjikan seperti sekarang ini. Keuntungan awalnya dulu bisa mencapai 100%, namun seiring waktu banyak pesaing yang bermunculan hingga keuntungan yang bisa diraih sekarang hanya 20%. Ini masih dibagi lagi kepada perantara yang menunjukan Dipik Craft kepada orang yang ingin memesan produk.
Dulunya Burhan memiliki karyawan tetap harian dalam membantu membuat barang pesanan pelanggannya. Namun sekarang hanya jika ada pesanan saja pria bertubuh sedang ini memanggil karyawan. Status mereka pun karyawan lepas, jumlahnya tak menentu antara 5-7 orang. Dalam sebulan biasanya ada 25 orang yang memesan produk secara variatif kepada Dipik Craft.
Untuk memasarkan produknya, pria berkumis ini sering mengikuti pameran-pameran yang diadakan di Kota Bengawan ini. Serta membuka stan di Pasar Malem Ngarsopuro, yang digelar setiap malam minggu. Tak hanya menghasilkan barang-barang fungsional dan menjualnya, pemilik usaha ini juga mengadakan kerjasama dengan mengadakan pelatihan-pelatihan. Kunci untuk bertahan dalam industri seperti ini adalah inovasi. Selain menajamkan kreativitas seni daur ulang koran, usaha ini juga memiliki nilai sosial dengan mempekerjakan anak-anak putus sekolah dan ibu-ibu dalam memproduksi barang kerajinan tangan.


Leave a Reply